Membangun Karakter Bangsa Untuk Masa Depan & Prioritas Membangun Daya Saing
Membangun Karakter Bangsa Untuk Masa Depan & Prioritas Membangun Daya Saing -Solusi Strategis Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie - Ketika memperingati Dies natalis UGM dan Dies Pascasarjana UGM pada tanggal 26 Mei 2011 lalu, Prof Bacharuddin Jusuf Habibie memberikan pidato luar biasa dalam rangka menumbuhkan semangat juang kepada generasi muda bangsa ini. Pidato ini seakan memberikan garis besar kepada generasi muda bahwa bangsa kita belum sepenuhnya berada pada level bangsa yang merdeka, pikiran dan perasaan kita terhadap kondisi bangsa dan negara kita yang amat kurang memuaskan, itulah gambaran, betapa negeri yang kaya akan sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang mumpuni, belum sepenuhnya mampu untuk memerdekan elemen bangsa ini. Era baru kemerdekaan yang sebentar lagi memasuki 66 tahun belum mampu menciptakan Indonesia yang sejahtera, dan bahkan sekarang kita sangat khawatir terhadap masa depan bangsa yang penuh tantangan di era global ini.
Proses Politik Indonesia sangat carut-marut dan penuh dengan sandiwara dan permainan, bak bayi yang baru lahir, penuh dengan rasa saling menyingkirkan antara satu dengan yang lain, saling menjatuhkan, saling melempar isu, saling melindungi, saling menutupi aib kelompok, saling menjaga aib kelompok supaya tidak terbongkar, sandiwara dan permainan seperti ini yang menghiasi wajah indonesia masa kini, berita-berita di media yang selalu dihiasi dengan berita sandiwara politik yang seakan-akan, Indonesia ini mengajarkan kepada bangsa ini untuk bertindak seperti mereka. Kekhawatiran ini akan berdampak pada terciptanya kepemimpina masa depan Indonesia. Semakin peliknya permasalahan ini seakan yang di urusi adalah sandiwara dan permainan politik itu, tidak lagi bekerja bersama membangun bangsa yang maju dan mandiri, meski dinamika perpolitikan itu adalah hal yang wajar dalam berbangsa dan bernegara, tetapi alangkah elegannya ketika dinamika politik dalam suatu bangsa itu dibangun dengan hal-hal yang konstruktif dan membangun, untuk bersama-sama bekerja dalam rangka pembangunan indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Selain persoalan politik, permasalahan yang muncul sekarang adalah lunturnya nilai-nilai pancasila dan kebangsaan yang dimiliki oleh anak bangsa, arus globalisasi semakin deras memasuki setiap wilayah diseantero jagat menyebabkan perubahan arus informasi dan dinamika percepatan perubahan itu menjadi lebih besar. Oleh karena itu nilai dasar Indonesia ini wajib menjadi pegangan bagi generasi penerus bangsa. Pancasila belum sepenuhnya diimpelementasikan dalam ranah kehidupan anak bangsa, bahkan hilang ditelan globalisasi jaman moderen. Generasi yang selalu memikirkan trends dan modern serta didikan arus global yang membentuk jiwa konsumerisme yang tinggi pada generasi, seakan generasi ini tidak peduli lagi pada persoalan bangsa yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, sepenuhnya kita tidak harus merasa pesimis terhadap keadaan ini, tetapi rasa kebangsaan itu harus ditanamkan sejak dini untuk menjadikan generasi ini menjadi generasi yang sejak awal tertanam rasa cinta kebangsaan dan peduli akan masa depan bangsa yang besar ini.
Mengutip pidato mantan presiden Prof Bacharuddin Jusuf Habibie "Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah, Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama: Di manakah Pancasila kini berada?"
Persoalan inti yang dihadapi bangsa ini mestinya menjadi kerjasama yang harus dilakukan oleh pemerintah dan segenap anak bangsa, menciptakan berbagai inovasi yang membangun dalam proses berbangsa. Pancasila yang semakin terpinggirkan ini semakin mengalami perubahan dan bahkan sudah diamandemen beberapa kali. Alasannya adalah dinamika kehidupan berbagsa kekinian tidak lagi cocok dengan kehidupan bangsa yang modern ini. Apabila catatan sejarah itu digunakan sebagai sebuah landasan, maka kelak bangsa ini berada pada satu baris untuk perjuangan membangun bangsa dengan meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan cerdas. Sudah sewajarnya seorang mantan presiden menanyakan dimanakah dan kemanakah pancasila itu berada pada era kepemimpinan bangsa masa kini. Nilai-nilai luhur itu hilang ditelan jaman perpolitikan yang penuh dengan sandiwara dan permainan. Sandiwara politik untuk menjadi elit yang menyesampingkan orang-orang terbaik dan menjadikan orang-orang yang seharusnya tidak layak menjadi orang layak memegang tampuk kepemimpinan dalam suatu departemen, menjadi suatu ironi kepemimpinan dalam membangun masa depan bangsa.
Modernisme pemikiran ini menjadi alasan atas perubahan dan dinamika berbangsa yang terjadi, masyarakat menjadi terdidik dengan sikap dan pikiran yang liberal, yang pada saat ini menjadi amat menonjol, persoalan ini selanjutnya merambah pada dinamika social kemasyarakatan, budaya, politik dan perkembangan ekonomi. Dinamika yang seperti inilah yang menimbulkan persoalan kemiskinan meningkat dan berdampak pada angka indeks pembangunan Indonesia yang rendah dibanding Negara-negara lain, terutama ditingkat regional ASEAN. Angka kemiskinan di Indonesia saat ini tercatat 31,02 juta orang atau 13,33% jumlah penduduk, selain angka kemiskinan ini, kesenjangan yang terjadi juga amat nyata dan cukup besar antara penduduk kaya dan sangat miskin. Selain data kemiskinan dari BPS, data Indeks Pembangunan Manusia Indonesia menjadi Indikator dalam melihat perkembangan kemampuan bangsa ini dalam posisinya untuk membangun daya saing dengan bangsa lain.
Berdasarkan data Human Development Report (HDR) dari United Nation Development Programme (UNDP), “http://hdr.undp.org/en/reports/global/hdr2010/chapters/” menutup angka Human Development Index ( HDI) Indonesia tahun 2010 di posisi 108/0.600 dari 169 negara yang disurvei. Angka ini jauh dari harapan perkembangan manusia Indonesia, kondisi ini bisa dikatakan masih terbelakang dan sangat memprihatinkan. Angka Indeks Pembangunan Manusia ini diperoleh berdasarkan variabel “angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. Sedang indikator yang digunakan untuk pengukuran itu meliputi “Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran, Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar , menengah, Standard kehidupan yang layak.” Dari ketiga indikator ini digunakan untuk menentukan klasifikasi suatu negara kedalam klas Negara maju, berkembang atau miskin. Angka IPM ditingkat regional ASEAN juga kondisi IPM Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, Philipina. Sebuah hasil yang ironis dan berkebalikan dengan sumber daya yang sangat melimpah dari bangsa yang besar ini. Pekerjaan Rumah yang banyak dari generasi penerus harapan bangsa untuk memajukan generasi Indonesia menjadi generasi unggul. Pekerjaan utamanya adalah memberantas buta huruf dan mengajarkan pendidikan yang layak bagi anak-anak usia sekolah dari pelosok-pelosok negeri ini.
Persoalan bangsa lain yang cukup kronis adalah persoalan moral beberapa penguasa strategis negeri ini, kebudayaan yang tak pernah hilang dan selalu ada aja jalan untuk melakukannya perbuatan tersebut. “KORUPSI, KOLUSI, dan NEPOTISME” selalu ada aja berita yang mewarnai pemberitaan media masa Indonesia, baik local, daerah, dan nasional, selain kasus tersebut, kasus yang sering terjadi adalah mafia hukum, maling perbankan, dan politik persengkokolan para petinggi partai untuk memperkaya partainya, dan masih banyak lagi kasus amoral yang melanda dan bergejala di system pemerintahan kita, tak pelak wajah Indonesia dimata global terkenal dengan bencana moral yaitu Korupsi disamping bencana-bencana lainnya. Inilah kehancuran yang nyata yang terjadi. “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) -QS. Ar-Ruum:41-.” Kutipan ayat ini menjadi bagian dari kerusakan yang terjadi pada bangsa ini, kerusakan moral dan alam menjadi sesuatu yang beriringan dan menghiasi setiap keseharian dari bangsa ini, inilah salah satu pekerjaan yang sangat berat untuk generasi masa depan yaitu dengan memperkuat iman dan mendidik untuk bermental baja untuk melawan tindakan-tindakan amoral tersebut. Semoga Allah Memberikan jalan keluar untuk persoalan Bangsa yang cukup pelik ini. Tentunya kerjasama yang baik untuk memecahkan persoalan bangsa menjadi pekerjaan semua elemen generasi bangsa untuk mampu berjuang demi masa depan bangsa yang lebih baik, memperkuat silaturahmi, bekerjasama dalam perbedaan dan tim, dan selalu kuat jasmani dan rohani.
Solusi :
Pembangunan Karakter Bangsa dan Prioritas Pembangunan Masa Depan Bangsa “Sebuah Pemikiran Strategis dari Mantan Presiden ke-3 Republik Indonesia -Prof. Bacharuddin Jusuf-
Permasalahan bangsa diatas siperlukan sebuah progresivitas generasi bangsa untuk melakukan suatu perubahan dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik, harapan tersebut menjadi suatu keniscayaan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan mandiri, berikut adalah beberapa catatan dari mantan presiden ke-3 bangsa ini Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie : Prioritas andalan masa depan bangsa adalah (1) Sumber Daya Manusia (SDM) terbaharukan, (2) Hasil Kerja dan Karya SDM, (3) Sumber Daya Alam dan Energi terbaharukan dan tidak terbaharukan (SDA & Energi), (4) Hasil diversifikasi dan peningkatan kualitas SDA & Energi.
Adapun dalam proses peningkatan Sumber Daya Manusia terbaharukan diperlukan beberapa solusi dalam proses implementasinya dengan memprioritaskan dan memperhatikan peningkatan dalam bidang-bidang : (1) Pendidikan dan Pembudayaan, (2) Pengembangan dan penerapan IPTEK, (3) Produk Nilai Tambah Perangkat Keras dan Lunak, (4) Produk Nilai Tambah Pribadi, (5) Lapangan Kerja dan Jam Kerja, (6) Proses ketrampilan, (7) Peningkatan produktivitas dan daya saing. Dari beberapa point diatas kapasitas dan prioritas utamanya adalah dalam hal pendidikan dan pemberdayaan dengan melakukan proses peningkatan mutu sumber daya intelektual manusia, guna melakukan percepatan proses pembanguan dibidang lainnya, langkah yang diperlukan adalah meningkatkan peran pendidikan yang berbasis keterampilan, riset dan pengembangan, peningkatan mutu melalui proses pengiriman pelajar ke negara-negara yang jauh lebih unggul. Adapun prioritas selanjutnya adalah dalam bentuk “Hasil Karya dan kerja SDM” dengan melakukan : (1) Pengembangan teknologi tepat guna, (2) Pembangunan prasarana ekonomi dan sistem informasi terpadu, (3) Menghasilkan produk unggulan dan andalan untuk pasar nasional, regional dan global, (4) Membentuk Pusat Keunggulan PENDIDIKAN, RISTEK dan PRODUKSI, (4) Memperjuangkan Neraca Perdagangan, Neraca Pembayaran dan Neraca Jam Kerja yang menguntungkan Masyarakat.
Sumber Daya Manusia |
Proses Politik Indonesia sangat carut-marut dan penuh dengan sandiwara dan permainan, bak bayi yang baru lahir, penuh dengan rasa saling menyingkirkan antara satu dengan yang lain, saling menjatuhkan, saling melempar isu, saling melindungi, saling menutupi aib kelompok, saling menjaga aib kelompok supaya tidak terbongkar, sandiwara dan permainan seperti ini yang menghiasi wajah indonesia masa kini, berita-berita di media yang selalu dihiasi dengan berita sandiwara politik yang seakan-akan, Indonesia ini mengajarkan kepada bangsa ini untuk bertindak seperti mereka. Kekhawatiran ini akan berdampak pada terciptanya kepemimpina masa depan Indonesia. Semakin peliknya permasalahan ini seakan yang di urusi adalah sandiwara dan permainan politik itu, tidak lagi bekerja bersama membangun bangsa yang maju dan mandiri, meski dinamika perpolitikan itu adalah hal yang wajar dalam berbangsa dan bernegara, tetapi alangkah elegannya ketika dinamika politik dalam suatu bangsa itu dibangun dengan hal-hal yang konstruktif dan membangun, untuk bersama-sama bekerja dalam rangka pembangunan indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Selain persoalan politik, permasalahan yang muncul sekarang adalah lunturnya nilai-nilai pancasila dan kebangsaan yang dimiliki oleh anak bangsa, arus globalisasi semakin deras memasuki setiap wilayah diseantero jagat menyebabkan perubahan arus informasi dan dinamika percepatan perubahan itu menjadi lebih besar. Oleh karena itu nilai dasar Indonesia ini wajib menjadi pegangan bagi generasi penerus bangsa. Pancasila belum sepenuhnya diimpelementasikan dalam ranah kehidupan anak bangsa, bahkan hilang ditelan globalisasi jaman moderen. Generasi yang selalu memikirkan trends dan modern serta didikan arus global yang membentuk jiwa konsumerisme yang tinggi pada generasi, seakan generasi ini tidak peduli lagi pada persoalan bangsa yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, sepenuhnya kita tidak harus merasa pesimis terhadap keadaan ini, tetapi rasa kebangsaan itu harus ditanamkan sejak dini untuk menjadikan generasi ini menjadi generasi yang sejak awal tertanam rasa cinta kebangsaan dan peduli akan masa depan bangsa yang besar ini.
Mengutip pidato mantan presiden Prof Bacharuddin Jusuf Habibie "Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah, Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama: Di manakah Pancasila kini berada?"
Persoalan inti yang dihadapi bangsa ini mestinya menjadi kerjasama yang harus dilakukan oleh pemerintah dan segenap anak bangsa, menciptakan berbagai inovasi yang membangun dalam proses berbangsa. Pancasila yang semakin terpinggirkan ini semakin mengalami perubahan dan bahkan sudah diamandemen beberapa kali. Alasannya adalah dinamika kehidupan berbagsa kekinian tidak lagi cocok dengan kehidupan bangsa yang modern ini. Apabila catatan sejarah itu digunakan sebagai sebuah landasan, maka kelak bangsa ini berada pada satu baris untuk perjuangan membangun bangsa dengan meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan cerdas. Sudah sewajarnya seorang mantan presiden menanyakan dimanakah dan kemanakah pancasila itu berada pada era kepemimpinan bangsa masa kini. Nilai-nilai luhur itu hilang ditelan jaman perpolitikan yang penuh dengan sandiwara dan permainan. Sandiwara politik untuk menjadi elit yang menyesampingkan orang-orang terbaik dan menjadikan orang-orang yang seharusnya tidak layak menjadi orang layak memegang tampuk kepemimpinan dalam suatu departemen, menjadi suatu ironi kepemimpinan dalam membangun masa depan bangsa.
Modernisme pemikiran ini menjadi alasan atas perubahan dan dinamika berbangsa yang terjadi, masyarakat menjadi terdidik dengan sikap dan pikiran yang liberal, yang pada saat ini menjadi amat menonjol, persoalan ini selanjutnya merambah pada dinamika social kemasyarakatan, budaya, politik dan perkembangan ekonomi. Dinamika yang seperti inilah yang menimbulkan persoalan kemiskinan meningkat dan berdampak pada angka indeks pembangunan Indonesia yang rendah dibanding Negara-negara lain, terutama ditingkat regional ASEAN. Angka kemiskinan di Indonesia saat ini tercatat 31,02 juta orang atau 13,33% jumlah penduduk, selain angka kemiskinan ini, kesenjangan yang terjadi juga amat nyata dan cukup besar antara penduduk kaya dan sangat miskin. Selain data kemiskinan dari BPS, data Indeks Pembangunan Manusia Indonesia menjadi Indikator dalam melihat perkembangan kemampuan bangsa ini dalam posisinya untuk membangun daya saing dengan bangsa lain.
Berdasarkan data Human Development Report (HDR) dari United Nation Development Programme (UNDP), “http://hdr.undp.org/en/reports/global/hdr2010/chapters/” menutup angka Human Development Index ( HDI) Indonesia tahun 2010 di posisi 108/0.600 dari 169 negara yang disurvei. Angka ini jauh dari harapan perkembangan manusia Indonesia, kondisi ini bisa dikatakan masih terbelakang dan sangat memprihatinkan. Angka Indeks Pembangunan Manusia ini diperoleh berdasarkan variabel “angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. Sedang indikator yang digunakan untuk pengukuran itu meliputi “Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran, Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar , menengah, Standard kehidupan yang layak.” Dari ketiga indikator ini digunakan untuk menentukan klasifikasi suatu negara kedalam klas Negara maju, berkembang atau miskin. Angka IPM ditingkat regional ASEAN juga kondisi IPM Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, Philipina. Sebuah hasil yang ironis dan berkebalikan dengan sumber daya yang sangat melimpah dari bangsa yang besar ini. Pekerjaan Rumah yang banyak dari generasi penerus harapan bangsa untuk memajukan generasi Indonesia menjadi generasi unggul. Pekerjaan utamanya adalah memberantas buta huruf dan mengajarkan pendidikan yang layak bagi anak-anak usia sekolah dari pelosok-pelosok negeri ini.
Persoalan bangsa lain yang cukup kronis adalah persoalan moral beberapa penguasa strategis negeri ini, kebudayaan yang tak pernah hilang dan selalu ada aja jalan untuk melakukannya perbuatan tersebut. “KORUPSI, KOLUSI, dan NEPOTISME” selalu ada aja berita yang mewarnai pemberitaan media masa Indonesia, baik local, daerah, dan nasional, selain kasus tersebut, kasus yang sering terjadi adalah mafia hukum, maling perbankan, dan politik persengkokolan para petinggi partai untuk memperkaya partainya, dan masih banyak lagi kasus amoral yang melanda dan bergejala di system pemerintahan kita, tak pelak wajah Indonesia dimata global terkenal dengan bencana moral yaitu Korupsi disamping bencana-bencana lainnya. Inilah kehancuran yang nyata yang terjadi. “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) -QS. Ar-Ruum:41-.” Kutipan ayat ini menjadi bagian dari kerusakan yang terjadi pada bangsa ini, kerusakan moral dan alam menjadi sesuatu yang beriringan dan menghiasi setiap keseharian dari bangsa ini, inilah salah satu pekerjaan yang sangat berat untuk generasi masa depan yaitu dengan memperkuat iman dan mendidik untuk bermental baja untuk melawan tindakan-tindakan amoral tersebut. Semoga Allah Memberikan jalan keluar untuk persoalan Bangsa yang cukup pelik ini. Tentunya kerjasama yang baik untuk memecahkan persoalan bangsa menjadi pekerjaan semua elemen generasi bangsa untuk mampu berjuang demi masa depan bangsa yang lebih baik, memperkuat silaturahmi, bekerjasama dalam perbedaan dan tim, dan selalu kuat jasmani dan rohani.
Solusi :
Pembangunan Karakter Bangsa dan Prioritas Pembangunan Masa Depan Bangsa “Sebuah Pemikiran Strategis dari Mantan Presiden ke-3 Republik Indonesia -Prof. Bacharuddin Jusuf-
Sumber Daya Manusia |
Permasalahan bangsa diatas siperlukan sebuah progresivitas generasi bangsa untuk melakukan suatu perubahan dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik, harapan tersebut menjadi suatu keniscayaan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan mandiri, berikut adalah beberapa catatan dari mantan presiden ke-3 bangsa ini Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie : Prioritas andalan masa depan bangsa adalah (1) Sumber Daya Manusia (SDM) terbaharukan, (2) Hasil Kerja dan Karya SDM, (3) Sumber Daya Alam dan Energi terbaharukan dan tidak terbaharukan (SDA & Energi), (4) Hasil diversifikasi dan peningkatan kualitas SDA & Energi.
Adapun dalam proses peningkatan Sumber Daya Manusia terbaharukan diperlukan beberapa solusi dalam proses implementasinya dengan memprioritaskan dan memperhatikan peningkatan dalam bidang-bidang : (1) Pendidikan dan Pembudayaan, (2) Pengembangan dan penerapan IPTEK, (3) Produk Nilai Tambah Perangkat Keras dan Lunak, (4) Produk Nilai Tambah Pribadi, (5) Lapangan Kerja dan Jam Kerja, (6) Proses ketrampilan, (7) Peningkatan produktivitas dan daya saing. Dari beberapa point diatas kapasitas dan prioritas utamanya adalah dalam hal pendidikan dan pemberdayaan dengan melakukan proses peningkatan mutu sumber daya intelektual manusia, guna melakukan percepatan proses pembanguan dibidang lainnya, langkah yang diperlukan adalah meningkatkan peran pendidikan yang berbasis keterampilan, riset dan pengembangan, peningkatan mutu melalui proses pengiriman pelajar ke negara-negara yang jauh lebih unggul. Adapun prioritas selanjutnya adalah dalam bentuk “Hasil Karya dan kerja SDM” dengan melakukan : (1) Pengembangan teknologi tepat guna, (2) Pembangunan prasarana ekonomi dan sistem informasi terpadu, (3) Menghasilkan produk unggulan dan andalan untuk pasar nasional, regional dan global, (4) Membentuk Pusat Keunggulan PENDIDIKAN, RISTEK dan PRODUKSI, (4) Memperjuangkan Neraca Perdagangan, Neraca Pembayaran dan Neraca Jam Kerja yang menguntungkan Masyarakat.
0 komentar: